::haiii::

Agak aneh emang, dengan umur yang hampir 22 tahun, ternyata aku masih ngalamin yang namanya tumbuh gigi. Yang ku tahu selama ini, proses yang paling menyakitkan dari urusan pergigian ini adalah proses copotnya. Tapi ternyata sodara-sodara yang namanya tumbuh gigi di usia segini itu jauh lebih menyakitkan.   >.<

Bayangin aja, selama satu bulan, si calon gigi atau si gigi yang mau numbuh itu harus merobek gusi (bener gusi bukan sie). Setelah berhasil dirobek, si gigi tadi akan sedikit demi sedikit muncul ke permukaan. Tapi masalah blum selesai sampai disitu. Si gigi baru akan menyentuh pipi bagian dalam. Karena itu gigi baru datang, maka dia akan menabrak pipi rongga mulut. Bahasa gampangnya gigi bari itu belum fit lah ada di dalem mulut. Jadi rongga mulut harus menyesuaikan dulu dengan gigi yang baru tadi. Bahasa gampangnya lagi adalah, pipi nya jadi bk alias BENGKAK. Beneran bengkak gede gitu, pipi yang tadinya udah tembem ini jadi makin tembem. Huhu. Bahkan ada satu hari badan ku sampai panas demam gitu. Super sekali kan si gigi geraham bungsu tadi.

Yang ada di kepala adalah bayangan banyangan serem orang – orang yang punya kasus sama gigi geraham bungsunya. Kalo di istilah medis nya adalah impaksi, yaitu keadaan dimana gigi geraham bungsu itu tidak tumbuh sebagaimana mestinya. Jadi, kondisinya ada beberapa individu yang rongga mulutnya tidak muat untuk menampung si “anak baru” ini. Jadilah dia tumbuh tidak semestinya, ada yang menabrak gigi yang lain, ada yang menabrak pipi bagian dalam. Pokoknya tabrak sana sini deh. Nah, hal tersebut Emi (2007) terjadi karena proses evolusi. Manusia seiring dengan perkembangan zamannya dengan pola hidup mengkonsumsi makanan yang lunak, sehingga terjadi evolsi pada ukuran rahangnya. Ukuran rahang manusia mengalami pengecilan sehingga rahang nya tidak dapat menampung ke 32 buah gigi yang seharusnya. Gak kebayang apa aja yang dimakan sama orang – orang zaman dahulu kala, yang rahangnya gede – gede itu J