Kamis, 11 Desember 2014


Sore tadi, di perjalanan pulang ke rumah saya mampir ke SPBU. Meniatkan untuk isi bensin, karena berfikir takutnya tidak sempat jika harus isi bensin besok pagi. Akhirnya berbeloklah saya ke SPBU Way halim. Sepertinya sore itu banyak pengendara yang berfikiran seperti saya, lumayan ramai lah SPBU itu.

Setelah saya mengambil tempat mengantri, di sebelah saya tiba-tiba ada motor besar. Entahlah apa nama motornya, yang jelas di body motornya ada tulisan “repsol” or something like that. Pengendaranya menggunakan helm fullface, pakaiannya pun layaknya rider jarak jauh dengan jaket dan sepatu boot. Dari caranya mengambil antrian di sebelah saya, sebenarnya saya sudah curiga.

“ini motor mepet-mepet begini mesti ada maksudnya niih”

Wajar lah ya saya curiga, secara sore itu cuaca agak-agak mendung jadi kalo dia mepet-mepet untuk menghindari terik matahari rasanya mengada-ada. Perlahan antrian mulai maju, motor sebelah saya ikut-ikutan maju. Hati mulai resah tak menentu. Hingga akhirnya tibalah (seharusnya) giliran saya, motor gede itu tiba-tiba maju duluan dan bilang ke mbak petugas SPBU,

“Full tank ya mba”

Mbak petugas SPBU nya sejenak kebingungan karena melihat saya juga maju menyorongkan tangki bensin. Waaah, mas nya cari perkara ini. Fikir saya. Akhirnya saya tidak bisa tinggal diam, saya buka slayer yang sejak tadi menutupi sebagian wajah dan pasang muka default (yang konon katanya muka saya defaultnya muka judes). Saya pandangi masnya yang hanya membuka sebagian kaca penutup helm fullfacenya sambil berkata

“Antri doong mas, situ di belakang saya kan tadi”

Sengaja, suaranya saya bikin kencang. Biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh. Oke, mulai lebay. Si mas motor gede nengok sebentar, tapi sepertinya tidak juga mau mengalah mundur. Hingga akhirnya mbak petugas SPBU nya berkata

“Mbak ini duluan yaa” sambil melihat ke arah saya. Saya pun senyum-senyum sambil berkata

“Duapuluhlimaribu ya mba”

Dan dialog berikutnya sama laah seperti kalo kita isi bensin pada umumnya yang dimulai dari angka nol dan sebagainya itu. Si mas moge apa kabar? Dia ngegas-ngegas (in saya) di lampu merah. Haha. Awas cepet abis bensin nya, Mas. Sayangnya tadi saya tidak sedang bersama munir, coba kalo sama munir, pasti saya keliatan jagoan sekali. Anak cewek, pake rok, naek motor supra lama yang lampu sign kanannya gabisa kedip, tempat pijakan kakinya sudah nelangsa hampir copot, dan kalo lewat jalanan jelek maka ia akan berbunyi seperti gerobak. Haha. Tapi si munir sekarang tugasnya mulia euy, dia jadi temen setianya bapak ke mesjid. Semoga istiqomah ya, Mun.

Learning point nya adalaah, yaaah setiap cerita kudu ada learning point nya laah yaa, terkadang memang kita kudu menjaga dan memperjuangkan hak kita. Kalo benar, kenapa harus takut. Karena ini bukan tentang menang atau kalah nya, tapi tentang perjuangannya. Enjoy :D

Purnama Menatap Dunia . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates