“Sepertinya aku butuh minuman yang lebih keras dari ini” katamu sembari mengangkat tinggi-tinggi kaleng Pocari Sweat keduamu dalam satu jam terakhir ini. Tapi tentusaja itu hanyalah bualan tanpa pernah ada makna. Karena kau akan mual untuk kemudian muntah setiap kali mencoba menegak kopi, minuman yang kau anggap lebih keras itu, meskipun hanya kopi instan dengan kadar kafein rendah dicampur susu sekalipun.

Aku masih ingat saat dua setengah tahun lalu, kau akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan ini setelah bertahun-tahun berjuang. Kau membawa pulang dua Kotak Kraft Kejucake dan dua kaleng kopi instant.

“Anggap saja sebagai bentuk syukuran, sekalian untuk menemaniku mengerjakan pekerjaan perdanaku malam ini” katamu saat itu. Dan malam itu berakhir dengan aku menumpahkan minyak kayu putih diatas karpet, panik karena kau berkali-kali mengeluh mual dan muntah berkali-kali. Hari pertamaku mengetahui bahwa kamu begitu tidak toleran dengan kafein disamping kebiasaanmu yang begitu cepat tertidur.

“Tapi kamu terlalu “sehat” untuk minum kopi, dan sayang sekali sampai saat ini belum ada beer yang halal” sengaja kutambahkan gerakan tanda kutip pada kata-kata sehat, menjawab ocehanmu.

Masih jelas di memori ku saat kamu begitu girang keluar dari kamar mandi keesokan harinya setelah kejadian “mabuk kopi” itu.

“Itu tadi minuman apa?” tanyamu dengan hidung berkerut. Aku sudah hafal, ekspresi itu jelas menunjukkan bahwa kamu sedang berfikir keras.

“Pocari Sweat, pengganti ion tubuh. Aku khawatir kamu dehidrasi setelah muntah-muntah semalam” Aku memang membawakan empat kaleng Pocari Sweat dan memaksamu meminumnya dua kaleng sekaligus karena kamu terlihat begitu lemas setelah berkali-kali sukses memuntahkan semua isi perutmu. Dan ini sudah ketiga kalinya kamu kembali dari kamar mandi dalam dua jam terakhir. Kamu pun hanya mengangguk-angguk sambil membuka kaleng ketiga.

“Minuman ini membuatku ingin buang air kecil. Ketika hasrat ingin buang air kecil itu datang, rasa kantukku tiba-tiba menguap sudah. Sehingga aku bisa berkonsentrasi mengerjakan pekerjaanku” Jawabmu ketika kutanya mengapa sekarang kamu sering sekali mengkonsumsi minuman pengganti ion tubuh itu.

“Baiklah, beritahu aku jika sudah ditemukan beer yang berlabel halal MUI” ekspresi itu selalu sama. Matamu terfokus pada layar di depanmu. Jari-jarimu seperti memiliki matanya sendiri sehingga ia bisa leluasa menari-nari berpindah dari keyboard ke mouse yang ada di sampingnya.

Sepotong Kejucake terletak di samping monitor dengan beberapa kaleng Pocari Sweat di sekitarnya. Entah itu kaleng bekas kemarin atau baru kamu habiskan dalam lima jam terkahir. Ah ya, sudah lima jam sejak kau datang dan menghempaskan diri diatas karpet dan memulai ritual ini dengan diselingi beberapa kali beranjak menuju kamar mandi. Di tempat sampah yang terletak di pojok ruangan, entah ada berapa bungkus bekas Kejucake yang sudah menumpuk disana.

“Aku suka iklannya, keluarganya harmonis gitu. Pas aku cobain produknya, ternyata enak. Aku ketagihan” Jawabmu ketika kutanya mengapa begitu suka dengan Kraft Kejucake. Sederhana. Kamu memang selalu sederhana, tak butuh banyak alasan untukmu menyukai sesuatu. Bahkan untuk sampai level ketagihan seperti Kejucake itu.

“Lembur lagi?” tanyaku melihat kedatanganmu menenteng plastik putih bertuliskan Betamart. Sudah kutebak pasti isinya beberapa botol Pocari Sweat. Setelah kemarin kamu melihat iklan Pocari Sweat. Seorang remaja putri mengayuh sepedanya mengejar remaja putra, kemudian berakhir dengan mereka meminum Pocari Sweat kemasan botol bersama disertai dengan jinglenya. “Lalalalalala” hari itu pun begitu berisik dengan ulahmu menirukan jigle iklan itu.

“Kejucakenya habis ya?” kotak Kejucake diatas lemari itu memang sudah kosong sejak kemarin malam. Bekas bungkusnya yang menumpuk di tempat sampah juga sudah kubuang pagi tadi.