Terkadang, temanmu hanya butuh kehadiranmu disisinya. Bukan untuk apa-apa. Bukan untuk disuruh ini itu. Bukan untuk menceritakan dongeng putri-putri yang happily ever after itu. Bukan juga untuk pundak sebagai tempat tangis bersandar. Terkadang, hanya hadirmu disisi sahabat mu. Cukup hadirmu. Simple.
Dia yang akan tersenyum lebar, meski kau belum melakukan apa-apa. Baru saja mematikan mesin motor dan membuka helm. Meski wajahmu terlihat begitu mengkilat setelah seharian berkutat di lab bermain dengan tabung dan gelas reaksi serta ekstrak yang baunya sungguh menusuk hidung. Melihatmu hadir memenuhi permintaannya sore itu pun dia sudah tersenyum begitu lebar. Dan kau pun sejenak meletakkan semua beban itu di belakang kursi. Mencoba berperan menjadi laughing gas untuk nya dengan baik.
Kemudian dia yang akan tertawa renyah sekali ketika kau mengeluarkan dua setengah bungkus kuaci dari tasmu, disusul dengan botol minum doraemon birumu. Dan kalian menghabiskan sepotong sore berbincang tentang janji-janji masa depan yang lebih baik, ditemani butir-butir kuaci. Berbincang ringan mulai dari metode makan kuaci dan jenis-jenis kuaci yang ada di dunia sampai hal berat seperti pengeran berjaguar biru yang didambakannya.
Lelah. Setelah dua setengah bungkus kuaci itu bersisa empat lima biji saja, kemudian dia berkata lelah. Lelah makan kuaci ini, lelah menertawakan kehidupan, lelah mengomeli seluruh isi dunia. Dan sore itu pun ditutup dengan sebuah kesimpulan (absurd) kalian