Sepotong Sore dan Dua (setengah) Bungkus Kuaci
Terkadang, temanmu hanya butuh kehadiranmu disisinya. Bukan untuk apa-apa. Bukan untuk disuruh ini itu. Bukan untuk menceritakan dongeng putri-putri yang happily ever after itu. Bukan juga untuk pundak sebagai tempat tangis bersandar. Terkadang, hanya hadirmu disisi sahabat mu. Cukup hadirmu. Simple.
Dia yang akan tersenyum lebar, meski kau belum melakukan apa-apa. Baru saja mematikan mesin motor dan membuka helm. Meski wajahmu terlihat begitu mengkilat setelah seharian berkutat di lab bermain dengan tabung dan gelas reaksi serta ekstrak yang baunya sungguh menusuk hidung. Melihatmu hadir memenuhi permintaannya sore itu pun dia sudah tersenyum begitu lebar. Dan kau pun sejenak meletakkan semua beban itu di belakang kursi. Mencoba berperan menjadi laughing gas untuk nya dengan baik.
Kemudian dia yang akan tertawa renyah sekali ketika kau mengeluarkan dua setengah bungkus kuaci dari tasmu, disusul dengan botol minum doraemon birumu. Dan kalian menghabiskan sepotong sore berbincang tentang janji-janji masa depan yang lebih baik, ditemani butir-butir kuaci. Berbincang ringan mulai dari metode makan kuaci dan jenis-jenis kuaci yang ada di dunia sampai hal berat seperti pengeran berjaguar biru yang didambakannya.
Lelah. Setelah dua setengah bungkus kuaci itu bersisa empat lima biji saja, kemudian dia berkata lelah. Lelah makan kuaci ini, lelah menertawakan kehidupan, lelah mengomeli seluruh isi dunia. Dan sore itu pun ditutup dengan sebuah kesimpulan (absurd) kalian
bahwa hidup itu seperti makan kuaci, susah ditebak. Kuaci nya besar tapi dalem nya kecil, kuaci nya kecil tapi dalemnya besar. Kuncinya adalah usaha, kesabaran, dan keikhlasan mencoba kuaci-kuaci yang hadir dalam hidup. Sampai akhirnya kuaci-kuaci itu habis dan tugas mu selesai. :D
Ah, kenapa urusan makan kuaci saja bisa sampai begitu panjang. Dan kalian pun bersalaman, membiarkan dosa-dosa berguguran ke bumi Nya. Saling mendoakan, semoga punggung kalian senantiasa dikuatkan untuk menanggung semua beban yang ada. Kalian pun berpisah, kembali ke kehidupan masing-masing dan berjanji untuk bertemu lagi di sepotong sore yang lain. Tentu saja, setelah membereskan semua kulit kuaci dan semua keonaran yang telah kalian perbuat di sepotong sore itu.
Setidaknya, sore itu kau lihat senyumnya tak hilang meski mesin motor sudah hidup, dan disapanya tukang parkir dengan begitu ceria, disenyuminya juga anak-anak berseragam SMA di pinggir jalan itu, juga ibu-ibu penjual gorengan, juga anak jalanan yang mengelap sepeda motornya dengan lap lusuh, dan seterusnya sampai ia naik ke tempat tidur senyum itu masih ada di wajahnya.
Yang kau tidak ketahui adalah, ternyata pak tukang parkir juga menyapa ramah pelanggan parkirnya yang lain, anak-anak berseragam SMA itu tersenyum dan begitu baik kepada ibu bapaknya sesampai di rumah masing-masing, ibu penjual gorengan juga ikut berbicang ramah dengan para pembeli, si anak jalanan tadi tak lupa melemparkan senyum termanisnya sebelum mengelap motor pengendara di lampu merah, dan orang-orang yang disenyumi sepanjang sore hingga malam itu ternyata juga melepar senyum yang sama ke orang-orang yang ditemuinya. Begitu seterusnya, hingga seluruh bumi tersenyum melepas hari itu. Laughing gas itu sempurna sudah menyebar ke seluruh bumi yang dipijaknya. Sungguh kawan, senyum (dan kebahagiaan) itu menular. Maka, tak salah pepatah mengatakan tersenyumlah, maka seluruh dunia akan tersenyum bersamamu. Enjoy.
Untuk semua teman, sahabat, konco, rencang, friend, shodiq dan apapun sebutannya di muka bumi ini
Sleman, 1 Februari 2012
Desy Purnama
10 komentar
suka suka suka :)
REPLYjika hidup seperti makan kuaci, berarti banyak nyampah dunk
REPLYsubhanallah.. suka skali dengan tulisan ini. mengambil hikmah memang bisa darimana saja bagi org yg berfikir :) slm kenal.
REPLYgmn ya cara follow blog ini?
REPLYterimakasih ncip sayang
REPLYak blm berani jawab pertanyaanmu waktu itu
maaf ya.
sampahnya kan organik.
REPLYbisa langsung terurai
:)
salam kenal juga mbak
REPLY:)
terimakasih
monggo ada pojok kiri atas,,.
REPLYwah...sayangnya aku gak suka makan kuaci
REPLY*gak nyambung
btw, benar juga ya, kebaikan itu menular
aku baca tulisan ini, semoga kebaikan penulisnya menular padaku :D
kapan-kapan ak ke shofuro deh bawa kuaci buat mb puj
REPLY^^,
mau mau mau?
he
aamiin
lets spread kindness all around the world
\^^/