Kamis, 09 Agustus 2012


“Sepertinya aku butuh minuman yang lebih keras dari ini” katamu sembari mengangkat tinggi-tinggi kaleng Pocari Sweat keduamu dalam satu jam terakhir ini. Tapi tentusaja itu hanyalah bualan tanpa pernah ada makna. Karena kau akan mual untuk kemudian muntah setiap kali mencoba menegak kopi, minuman yang kau anggap lebih keras itu, meskipun hanya kopi instan dengan kadar kafein rendah dicampur susu sekalipun.

Aku masih ingat saat dua setengah tahun lalu, kau akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan ini setelah bertahun-tahun berjuang. Kau membawa pulang dua Kotak Kraft Kejucake dan dua kaleng kopi instant.

“Anggap saja sebagai bentuk syukuran, sekalian untuk menemaniku mengerjakan pekerjaan perdanaku malam ini” katamu saat itu. Dan malam itu berakhir dengan aku menumpahkan minyak kayu putih diatas karpet, panik karena kau berkali-kali mengeluh mual dan muntah berkali-kali. Hari pertamaku mengetahui bahwa kamu begitu tidak toleran dengan kafein disamping kebiasaanmu yang begitu cepat tertidur.

“Tapi kamu terlalu “sehat” untuk minum kopi, dan sayang sekali sampai saat ini belum ada beer yang halal” sengaja kutambahkan gerakan tanda kutip pada kata-kata sehat, menjawab ocehanmu.

Masih jelas di memori ku saat kamu begitu girang keluar dari kamar mandi keesokan harinya setelah kejadian “mabuk kopi” itu.

“Itu tadi minuman apa?” tanyamu dengan hidung berkerut. Aku sudah hafal, ekspresi itu jelas menunjukkan bahwa kamu sedang berfikir keras.

“Pocari Sweat, pengganti ion tubuh. Aku khawatir kamu dehidrasi setelah muntah-muntah semalam” Aku memang membawakan empat kaleng Pocari Sweat dan memaksamu meminumnya dua kaleng sekaligus karena kamu terlihat begitu lemas setelah berkali-kali sukses memuntahkan semua isi perutmu. Dan ini sudah ketiga kalinya kamu kembali dari kamar mandi dalam dua jam terakhir. Kamu pun hanya mengangguk-angguk sambil membuka kaleng ketiga.

“Minuman ini membuatku ingin buang air kecil. Ketika hasrat ingin buang air kecil itu datang, rasa kantukku tiba-tiba menguap sudah. Sehingga aku bisa berkonsentrasi mengerjakan pekerjaanku” Jawabmu ketika kutanya mengapa sekarang kamu sering sekali mengkonsumsi minuman pengganti ion tubuh itu.

“Baiklah, beritahu aku jika sudah ditemukan beer yang berlabel halal MUI” ekspresi itu selalu sama. Matamu terfokus pada layar di depanmu. Jari-jarimu seperti memiliki matanya sendiri sehingga ia bisa leluasa menari-nari berpindah dari keyboard ke mouse yang ada di sampingnya.

Sepotong Kejucake terletak di samping monitor dengan beberapa kaleng Pocari Sweat di sekitarnya. Entah itu kaleng bekas kemarin atau baru kamu habiskan dalam lima jam terkahir. Ah ya, sudah lima jam sejak kau datang dan menghempaskan diri diatas karpet dan memulai ritual ini dengan diselingi beberapa kali beranjak menuju kamar mandi. Di tempat sampah yang terletak di pojok ruangan, entah ada berapa bungkus bekas Kejucake yang sudah menumpuk disana.

“Aku suka iklannya, keluarganya harmonis gitu. Pas aku cobain produknya, ternyata enak. Aku ketagihan” Jawabmu ketika kutanya mengapa begitu suka dengan Kraft Kejucake. Sederhana. Kamu memang selalu sederhana, tak butuh banyak alasan untukmu menyukai sesuatu. Bahkan untuk sampai level ketagihan seperti Kejucake itu.

“Lembur lagi?” tanyaku melihat kedatanganmu menenteng plastik putih bertuliskan Betamart. Sudah kutebak pasti isinya beberapa botol Pocari Sweat. Setelah kemarin kamu melihat iklan Pocari Sweat. Seorang remaja putri mengayuh sepedanya mengejar remaja putra, kemudian berakhir dengan mereka meminum Pocari Sweat kemasan botol bersama disertai dengan jinglenya. “Lalalalalala” hari itu pun begitu berisik dengan ulahmu menirukan jigle iklan itu.

“Kejucakenya habis ya?” kotak Kejucake diatas lemari itu memang sudah kosong sejak kemarin malam. Bekas bungkusnya yang menumpuk di tempat sampah juga sudah kubuang pagi tadi.


“Yasudahlah, sudah malas mau keluar lagi” akhirnya kamu menghempaskan diri pada karpet ajaib singgasana kebesaranmu itu, bertemankan Pocari Sweat minus Kejucake kesukaanmu.

“Aaah, sudah berapa jam aku di depan layar?” bahkan untuk menghitung jam pun kamu tidak bisa, itu tandanya otakmu sudah hampir maksimal mengeluarkan kemampuannya.

“Mungkin sekitar enam jam, hitung saja sudah berapa kali kamu ke kamar mandi” jawabku sambil mengklik beberapa file. 12 halaman lagi naskahku genap 120 halaman, tapi sudah tak ada lagi yang bisa ku keluarkan dari otak. Akhirnya kuputuskan untuk membuka beberapa file drama-drama lama yang ada di hardiskku. Mengklik salah satunya dan membiarkan layar menampilkan sebuah drama Jepang, Mr. Brain.

“Kimu Taku ya? apa?” tiba-tiba saja kau sudah duduk di sebelahku. Dan malam itu berakhir dengan kita menonton 4 dari 8 episode yang ada.  

“Aku mau lembur nih, temenin ya” kali ini aku yang tidak mengalihkan perhatian dari layar di depanku. Tapi mau tidak mau menahan tawa ketika melihat dua sisir pisang berwarna kuning dan plastik bertuliskan Betamart yang kamu letakkan di atas meja. Kamu memang sederhana. Selalu sederhana untuk menyukai sesuatu yang juga sederhana.

NB :
Bagi yang belum tau, Mr. Brain (TBS, 2009) adalah sebuah drama jepang yang dibintangi Takuya Kimura. Bercerita tentang Tsukumo Ryusuke (Takuya Kimura) yang berkerja di sebuah pusat penelitian kepolisian setelah kecelakaan yang terjadi padanya. Dengan kemampuannya yang “berbeda” dari yang lain, ia mampu menyelesaikan beberapa kasus kejahatan. For further information, go ask Mr. Google :D

Bagi penikmat Pocari Sweat, Kraft Kejucake, pisang, kopi dan lembur. Tak perlu alasan rumit untuk menyukai sesuatu yang sederhana. Enjoy.

Blimbingsari 69, 9 Agustus 2012

4 komentar

Saya minum teh panas dan makan kurma saja deh...

REPLY

hmm....so sweet, meskipun aku gak tau siapa penikmat pocari sweat itu
kebersamaan kalian, sepertinya menyenangkan ya... :D

REPLY

Enak tuh buat buka puasa.
:)

REPLY

Ini fiksi loh mb puj,
Boleh kok ngebayangin siapapun.
He

REPLY

Purnama Menatap Dunia . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates