TTM (Teman Tapi Manyun)
Ada banyak orang-orang yang mengaku berteman di dunia ini. Indah sekali ya nampaknya jika ada yang bertanya
“Siapa teman terdekat kamu?”
Dengan lancarnya kita bisa menjawab,
“Si A. Teman dekat saya si A”
Dan ketika ditanya lebih lanjut, mengapa bisa jawab si A? Dan apakah ada yang pernah jail untuk crosscheck ke si A. Tanyakan pada si A siapa teman dekatnya? Apakah ia akan menjawab hal yang sejenis. Jika iya, beruntunglah. Jika tidak, rasanya pengen garuk aspal.
Akhirnya aku memutuskan untuk merekonstruksi kembali arti teman, sahabat atau apapunlah itu namanya. Apakah teman itu adalah dia yang selalu jalan bareng kita, hang out bersama, makan bareng, tertawa bersama. Ataukan dia yang selalu ada setiap saat, saat senang maupun susah. Lalu bagaimana dengan dia yang yang bisa begitu manyun hingga rela tidak menyapa ketika kita lupa membalas SMS. Ada juga dia yang tega tidak memberi kabar entah itu kabar baik ataupun buruk. Gampangnya gini deh, teman mu dikelas namanya teman sekelas. Temanmu di geng namanya teman se geng. Temanmu di liqo namanya teman seliqo. Lantas? Jika semua statu itu selesai, apakah pertemanan juga selesai? Nggak juga sih, tapi biasanya memang pertemannya tidak akan seerat ketika status teman se-apalahitu masih ada. Entahlah, mungkin berteman juga memiliki rumus yang hampir sama dengan mencintai. Hingga perasaan cemburu, possesif, bertepuk sebelah tangan atau bahkan tidak cinta lagi kadang muncul. Entahlah,. Mungkin saja.
Oke, otak gw mulai random nih. Kesana kemari ini tulisannya. Intinya maksud hati hamba adalah memberikan intro bahwa yang namanya pertemanan karena dasar itu semua udah basi. Basi. Kayak sawo yang kematengan. Kalo duren kematengan mah enak masih bisa dibikin tempoyak, lah kalo sawo? Belum pernah denger kan tempoyak sawo. Kayak apa coba rasanya? Enak dimakan sama ikan tongkol bakar gak tuh? Kalo dibikin sayur keladi tempoyak rasanya gimana? Lo mau nulis apa sih sebenernya deees? Kenapa jadi ngomongin tempoyak? #lemparbata
Oke, otak gw mulai random nih. Kesana kemari ini tulisannya. Intinya maksud hati hamba adalah memberikan intro bahwa yang namanya pertemanan karena dasar itu semua udah basi. Basi. Kayak sawo yang kematengan. Kalo duren kematengan mah enak masih bisa dibikin tempoyak, lah kalo sawo? Belum pernah denger kan tempoyak sawo. Kayak apa coba rasanya? Enak dimakan sama ikan tongkol bakar gak tuh? Kalo dibikin sayur keladi tempoyak rasanya gimana? Lo mau nulis apa sih sebenernya deees? Kenapa jadi ngomongin tempoyak? #lemparbata
Pada akhirnya ternyata hanya itu yang bisa kusimpulkan dari teman itu sendiri. Belum sampe kepikiran buat lihat ke KBBI sih. KBBInya masih dipake buat ganjel magic com soalnya. #ups Tapi taukah? Ternyata aku melupakan sesuatu. Ada ikatan lain yang bernama ukhuwah, ia bernama saudara seaqidah. Bayangkan, kau rela merogoh dompetmu untuk sesorang yang kau hanya tau namanya tadi pagi. Yang kau yakini dari dia hanya satu, ia seorang muslim (sama sepertimu) dan sedang dalam keadaan membutuhkan bantuan. Ya Allah. Cakep bener gak tuh yang namanya ikatan aqidah.
Ada yang ingat kisah peperangan ... (Tapi sebenernya lupa perang apa dan settingnya dimana? :)
Saat itu pasukan kaum kafir akhirnya memutuskan untuk menghentikan serangannya kepada ummat islam. Hal tersebut didasarkan sebuah kejadian kecil. Saat itu pasukan muslim sedang melewati sebuah sungai hingga tiba-tiba salah seorang dari pasukan itu berteriak
“tempat airku, tempat airku jatuh”
Dan seketika seluruh pasukan yang ada mengaduk aduk isi sungai untuk mencari tempat air saudaranya itu. Panglima pasukan kafir pun seketika terkesiap dan memutuskan untuk tidak menyerang kaum kafir setelah mendengar cerita itu dari mata-matanya. Ketika ditanya mengapa tidak jadi menyerang, Sang Panglima pun berkata
“Jika karena tempat air yang hilang saja seluruh pasukan seketika mengaduk-aduk sungai, bagaimana jika yang hilang adalah saudaranya. Kita tidak akan pernah menang dari kaum muslim jika mereka masih begitu saling mencintai sesama muslim”
Dan hei, kejadian di atas pernah kualami sendiri looh. (ayo pada kaget) saat itu sedang ada acara, entahlah acara apa dan kapan tepatnya. Aku lupa. Hanya saja aku ingat kejadiannya di sebuah tambak di daerah Condong Catur, Jogjakarta. Saat itu kami sedang berdiri di tepi selokan yang cukup dalam, hingga tiba-tiba ada salah seorang teman yang sendalnya terjatuh ke dalam selokan. Tau apa yang terjadi? Persis. Langsung ada yang terjun ke dalam selokan itu untuk mengambilkan sendal si teman tadi. Jadi, kalo ada yang menganggap kisah di atas dongeng belaka dan hanya bisa terjadi 1000 tahun sekali kayak komet henley. Komet henley 76 tahun sekali dul!! #dijitakanakastronomi. Sini aku kenalin sama orang yang terjun ke dalem selokan tadi. Tanya sendiri ke beliau. Tapi jangan tanya bagaimana caranya ia naik ke permukaan. Aku hanya bisa bilang. Heroik, kayaknya pas tuh kata-katanya
Silakan aja jika kemudian ada orang-orang yang berceloteh dengan gampangnya
“Jadi bisa perhatian sama sodara seiman doang? Jadi sama orang-orang yang beda iman cuek cuek aja? Mau sakit kek, mau kesusahan kek, gak bakal peduli gitu?”
Ah, aku hanya akan berkata.
“Sama orang seiman aja bisa begitu, apalagi sama yang beda iman”
Lanjutannya dalem ati
“Makanya sini seiman sama kite”
Tapi aku serius lho. Rosulullah Muhammad (Allahumma shalli wa salim alaih) sebaik-baiknya manusia yang pernah lahir ke muka bumi yang kasih contoh. Ingat kisah seorang pengemis yahudi buta di sudut pasar Madinah? Dia yang setiap harinya berteriak lantang
“Jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu penyihir. Apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya”
Tau apa yang dilakukan Rosulullah kepada pengemis buta itu. Kalo si Kasino mungkin sudah berkata
“Gile lu ndrow”
Tapi Rosulullah tanpa berkata apa-apa beliau menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu dan si pengemis pun tak lupa berpesan hal yang sama kepada Rosulullah. Hingga setelah Rosulullah wafat, Abu bakar mencoba menggantikan Rosulullah menyuapi pengemis itu. Ketika Abu bakar mulai menyuapinya, si pengemis berteriak
“Siapa kamu??”
“Aku orang yang biasa” jawab Abu Bakar
“Bukan !!! orang yang biasa mendatangiku terlebih dahulu menghaluskan makanan tersebut sebelum ia berika kepadaku. Sehingga aku tidak sulit mengunyahnya”
Abu bakar pun tak dapat membendung air matanya mendengar penjelasan pengemis yahudi tersebut. Dan pengemis tersebut menyatakan keislamannya di hadapan Abu bakar saat itu juga setelah dijelaskan siapa yan setiap pagi menyuapinya itu. Ah indahnya.
Jadi, untuk apa aku merisaukan arti teman, sahabat atau apapun lah itu namanya yang bisa dengan gampangnya terburai hanya karena salah kata, salah ekspresi bahkan karena salah lihat jam. Luntur gegara pisah kelas, pisah geng, pisah tempat tinggal, pisah liqo, gak punya uang, gak ada pulsa. Jika ada ikatan lain yang ternyata lebih kokoh. Ikatan aqidah, yang hanya bisa putus jika ia pindah agama, yang ikrarnya diucapkan minimal 9 kali sehari. Jadi, kita sahabatan sampai syurga kan?? #wink (Insyaallah)