Kamis, 08 Maret 2012



sumber gambar : google

Selalu ada perasaan senang ketika menyambut bulan baru. Selalu ada harapan baru yang ku titipkan kepada bulan yang baru. Karena selalu menyenangkan berjumpa purnama di setiap bulannya. Bulan baru juga berarti saatnya mengecek rekening, harap-harap cemas. Sudah muncul kah nominal yang baru. He. Kemudian memilah milah nya untuk keperluan rutin bulanan. Salah satu nya adalah untuk membeli buku.

Akhirnya ku tunaikan juga hak diri untuk membeli buku itu sore tadi. Sepulang dari kampus, diiringi hujan rintik-rintik, bersama munir menuju sebuah toko buku diskon di bilangan jalan Affandi (orang-orang mungkin lebih mengenalnya dengan jalan Gejayan). Dua jenis saja buku yang berhasil ku beli hari ini. Pertama adalah Atlas Indonesia dan Dunia dan yang kedua adalah Sunset Bersama Rosie.

Bukan tanpa alasan membeli dua hal ini. Keduanya sudah kurancang-rancang sejak beberapa hari yang lalu. Awalnya aku ingin membeli The Warlock, buku ke lima dari heksalogi The Alchemist nya Michael Scott. Tapi karena aku sudah membaca versi bahasa Inggrisnya, maka ku putuskan untuk membeli yang lain saja dan menanti buku ke enam yang (katanya) akan terbit akhir tahun ini. Mengapa atlas? Atlas ini kubeli untuk hadiah ulang tahun ke 10 salah seorang keponakan ku. Hmm. Iya keponakan. Dia keponakan nya seorang temanku, jadi bisa dibilang keponakan ku juga kan? Maksudku agar ia bisa melihat dunia, agar ia bisa memetakan mimpinya, dan siapa tau dia kemudian jadi berkeinginan keliling dunia dan akhirnya tercapai. Siapa yang tahu?

Buku kedua, Sunset Bersama Rosie. Bukan buku baru, buku ini terbit sekitar akhir tahun lalu sepertinya. Tapi baru berminat akhir-akhir ini setelah banyak membaca review nya goodreads.com. Aku tak akan menuliskan resensinya sekarang, buku nya saja belum kubaca. Nantilah kuluangkan waktu untuk membaca dan menuliskan resensinya dengan serius. (denger-denger bakal ada lomba nya tuh :)

Well, kali ini aku akan berbagi tentang toko buku nya dan beberapa hal tentang dunia perbukuan. Oke, terkesan pongah sekali ya kalimat awal tadi. Diganti saja lah menjadi, berbagi sedikit pengalaman di toko buku. Sudah jangan protes lagi. Itu menurutku yang paling rendah hati.

Aku bukan tipe mahasiswa dengan uang bulanan puluhan juta sehingga bisa membeli buku dua kardus tiap bulannya. Tapi Alhamdulillah masih diberi rezeki untuk tetap melebihkan satu dua rupiah untuk membeli beberapa judul. Itulah sebabnya urusan membeli buku butuh pertimbangan yang benar-benar matang, buku apa yang akan ku beli. Dan akan sangat sumringah jika berkunjung ke sebuah tempat dengan buku-buku yang belum sempat ku beli. Contohnya ya toko buku diskon di jalan Affandi tadi.

Toko buku di jalan Affandi itu termasuk yang ramah bagi pengunjungnya. Tempatnya cozy, bahkan mereka menyediakan tempat duduk memanjang dengan kolam ikan di depannya. Hampir setiap buku disediakan yang sudah dibuka segel plastiknya, bahkan sengaja disampul plastik. Jadi sangat bisa datang kesana hanya untuk “numpang baca”. Pilih buku, ambil, bawa ke pinggir kolam, baca sampe tamat. Ahaha, gak modal sekali ya.

Jadi ingat zaman SMA sering pergi ke toko buku terbesar di Kota Bandarlampung (you know lah, yang depannya gra belakangnya med itu loh), sengaja betul duduk lesehan di dekat jajaran rak komik karena memang tidak disediakan tempat duduk di toko buku itu. Dan dengan “manisnya” ditegur mas-mas penjaga toko buku nya. Mau tak mau berdiri sampai si mas penjaga pergi lalu duduk lagi. Berkali-kali seperti itu, sampai petugasnya enggan menegur lagi.

Selain itu, (sepertinya) setiap buku dijual dengan harga diskon. Jadi, tak perlu lah menunggu diskon di book fair yang terkadang tidak lebih murah. Ada fasilitas sampul gratis pula, ya meskipun kadang antrinya banyak. Tapi tak apalah antri, daripada melihat dibiarkan begitu saja tanpa sampul. Belum lagi ada banyak event yang diadakan disana, mulai dari diskon novel 30%, diskon buku sastra 25%, diskon buku pelajaran dan kuliah 20 % sampai turnamen TTS yang hadiahnya paket buku. Ada-ada aja jenis eventnya.

Kalo sudah masuk ke toko buku, pasti banyak buku yang menyergap. Mulai dari buku baru terbit yang ramai dibicarakan di jejaring sosial, sampai buku lawas yang belum sempat dibeli karena keterbatasan dana dan usaha. (?) Karena itu, sebainya fikirkan baik-baik buku apa saja yang akan dibeli sebelum berangkat ke toko buku. Di toko buku jelas ada begitu banyak buku yang bagus-bagus. Akan sangat kacau kalau kita berangkat ke toko buku tanpa membawa list buku yang akan dibeli. Bisa-bisa kalap dan akhirnya mendzolimi uang yang harusnya untuk keperluan yang lain. Selanjutnya adalah urusan menguatkan hati agar taat pada list yang sudah disusun tadi. Tips nya nih, begitu masuk ke toko buku segeralah cari buku yang ingin dibeli tadi. Ambil terus langsung bayar di kasir, sambil nunggu si buku disampul sama petugas sampulnya, masuk lagi deh buat baca-baca buku yang lain. Dengan begitu, asumsinya uang yang kita alokasikan untuk beli buku sudah habis dan tertahan untuk beli buku yang masih ada di wishlist. Biar gak bosen dan kelamaan juga nungguin buku nya disampul kalo pas antriannya banyak.

Setelah buku sudah di tangan, jangan langsung buang struk pembelian bukunya. Disimpen aja dulu. Kita nggak tau kan buku yang kita beli itu cacat produksi atau tidak. Sebelum benar-benar membacanya, ada baiknya kita mengecek kesempurnaan buku. Kelengkapan halaman, urutan halaman dan sebagainya. Fungsi struk tadi adalah sebagai bukti kalo-kalo buku yang kita beli tadi ada cacat produksi. Beberapa toko buku dan penerbit meminta struk pembelian untuk menukarkan buku cacat produksi itu dengan yang baru. Sungguh, struk itu menjadi barang yang dicari-cari sangat ketika kejadian cacat produksi itu menimpa buku yang baru saja kita beli. Selain itu, ada beberapa lomba yang juga menjadikan struk pembelian itu sebagai salah satu syarat lombanya. Contohnya saja ini. Kalo semuanya beres, baru deh bisa baca bukunya dengan damai sentausa. Enjoy !!!

Purnama Menatap Dunia . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates