Sabtu, 12 Mei 2012


Sore tadi seorang sahabat bercerita banyak tentang dunianya beberapa pekan terakhir ini. Ia bercerita tentang betapa antisosialnya dia selama puncak penyelesaian tugas akhir. Perjuangannya mempertahankan semangat ibadah di tengah semua dateline yang menunggu. Kerinduannya tertawa bersama, berbagi hikmah bersama. Ditunjukkannya aku hasil karya nya beberapa pekan terakhir. Sesuatu yang sangat sophisticated menurutku.  Sampai akhirnya ia berbisik tentang cita cita nya melanjutkan study ke jepang, negri sakura, negri impian. Dan akupun mengeluarkan sebuah kalimat sakti dan satu tepukan mujarab.

“Semangat, kita pasti bisa” sambil menepuk nepuk punggungnya.


Sadar ataupun tidak sepenggal episode tadi merupakan sebuah mekanisme kehidupan yang sangat penting dalam menjaga kestabilan semangat. Meskipun hanya tatapan penuh semangat, bagiku, itu sangat berarti. Mekanisme inilah yang kemudian membuat kami tetap tegar hingga kini. Meski beberapa teman selesai dan satu satu pergi teratur. Meski undangan, baik undangan syukuran wisuda maupun undangan syukuran bertemunya tulang rusuk datang bertubi tubi. Meski begitu banyak godaan di depan mata. Saudara saudara yang mungkin tak pernah ada ikatan biologis apa-apa inilah yang dikirimkan Allah untuk saling menguatkan, saling mengingatkan.

Seperti Rosulullah bersama para sahabatnya, saling mengingatkan, saling menguatkan, berbagi nasihat, berbagi semangat, bahkan berbagi beban hidup. Hingga fase fase sulit awal turunnya islam dapat dilalui dengan proses yang baik dan penuh berkah.

Episode episode itulah yang sedang coba kujalani sekarang, bersama mereka, menjalani sepenggal fase pendewasaan hidup. Mengharapkan sebuah akhir yang indah dengan proses yang penuh berkah. Berbagi setangkup asa yang mencipta rindu tiap jeda waktu pertemuan, hingga tegar sampai puncak harapan. Enjoy :D 

Purnama Menatap Dunia . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates